Showing posts with label Sungai di langkaplancar pangandaran. Show all posts
Showing posts with label Sungai di langkaplancar pangandaran. Show all posts

Saturday, June 7, 2014

Akankah Sungai di Kampung Halamanku Lestari?

Lestari alamku
Lestari Desaku
Dimana Tuhanku

Menitipkan aku,,,    


Lirik lagu diatas merupakan salah satu petikan syair lagu "Lestari Alamku" karya Gombloh (Soedjarwoto Soemarsono), seorang penyanyi dan musisi asal Jombang, Indonesia. Setiap kali mendengarkan lagu "Lestari Alamku", hal pertama yang terbayang dalam pikiranku adalah kampung halamanku, Cijalu, sebuah dusun di desa Langkaplancar, Pangandaran. walaupun terbilang sebuah dusun terpencil dan bahkan mungkin dianggap agak tertinggal, tetapi hijaunya pepohonan, sejuknya udara pegunungan,dan jernihnya air sungai, laik menempatkan Cijalu sebagai sebuah oase kecil diantara gersangnya polusi Ibukota. Walaupun akses jalan dari kota-kota terdekat, seperti Tasikmalaya, Pangandaran, Banjar, dan Ciamis, menuju ke dusun cijalu, rusak parah, tetapi perasaan cinta akan tanah leluhur tak pernah memudar. Setiap kali akan pulang kampung ke dusun Cijalu, tentunya saya harus men charge kesabaran dan energi agar dapat tiba di kampung halaman dengan selamat.


Salah satu hal yang paling saya rindukan dari Cijalu adalah sungai. Walaupun sungai di kampungku tak sebesar Musi atau Kapuas, bahkan sangat kecil dan dangkal, tetapi percikan alami air sungai dikampungku telah cukup menghilangkan rasa penat dan stres. Sangat banyak memori indah yang tersimpan diantara batu-batu sungai dikampungku. Saya sering menghabiskan waktu di sungai bersama teman-teman lama dengan berenang dan memancing ikan.

Melampar jaring
Ketika pulang kampung, saya sering pergi ke sungai bersama teman-teman untuk sekedar mencari ketenangan. Kadang-kadang, saya pergi ke sungai untuk memancing atau melempar jala/jaring bersama kerabat walaupun hanya mendapat ikan sealakadarnya. Menangkap ikan bukanlah tujuan utama, karena umumnya keberadaan ikan di sungai-sungai di kampungku sudah sangat langka. Yang palik menyenangkan adalah memasak nasi lemang (memasak nasi dalam bambu) diantara bebatuan pinggir sungai dan air untuk memasak nya dari sungai. "Sterilkah?", belum pernah ada uji coba laboratorium, tapi yang jelas saya masih baik-baik saja sampai sekarang dan semoga seterusnya.
Fun time with Sahabat 


Si Bolang mandi di sungai
Salah satu tantangan terbesar tetap lestarinya sungai di Cijalu adalah kesadaran warganya sendiri (self-awareness) untuk menjaga kebersihan, keindahan, dan keberagaman ekosistem sungai. Polusi limbah rumahan, pabrik skala kecil-menengah, dan racun kimiawi pestisida dari area pesawahan, merupakan musuh terbesar. Disadari atau tidak, lambat laun, sungai di Cijalu dapat berubah menjadi seperti sungai Ciliwung yang mendapat predikat sungai paling tercemar di dunia, jika masyarakat tidak menjaga kelestarian sungai dengan baik. Peran pemerintah setempat juga turut andil dalam menentukan kelestarian sungai. Saya mendengar kabar baik dari warga ketika pulang kampung. Siapapun yang ketahuan basah melakukan kegiatan "marak", menangkap ikan sungai dengan cara meracuni air dengan racun potasium sianida (KCN), atau yang disebut "Potas", akan dikenakan sanksi yang cukup berat berupa membayar denda dan diseret ke pengadilan. "Seberapa efektifkah aturan tersebut?". Kita lihat saja realitanya di lapangan.

Melestarikan sungai bukan hanya merupakan tanggung jawab salah satu pihak saja, melainkan seluruh elemen masyarakat harus terlibat dalam upaya menjaga kelestarian sungai. Mari saatnya kita lestarikan sungai sedari sekarang dengan melakukan hal-hal kecil tetapi bermanfaat besar. Contohnya, tidak membuang sampah ke sungai, apalagi sampah plastik atau styrofoam. Ibarat darah dalam tubuh kita, jika sudah kotor, maka akan timbul berbagai penyakit. Begitu pula dengan sungai, jika sudah tercemar, maka bencana akan melanda dan kita tidak akan punya lagi kebanggaan atas kekayaan alam kita, dan hanya akan menjadi cerita belaka untuk anak-cucu kita.

 - A.H.F, Saigon-